Berhenti Mandi Dosa dan Kembali kepada Tuhan

Berhenti Mandi Dosa: Saatnya Kembali kepada Tuhan

Ada kalanya dalam perjalanan hidup rohani kita, hati terasa sesak, bingung, dan kosong. Tidak ada damai sejahtera, hanya kekosongan yang menyesakkan. Di saat itulah kita dihadapkan pada kenyataan pahit: kita masih suka "mandi dosa", berteman akrab dengan dosa, dan lebih mengikuti keinginan diri sendiri daripada kehendak Tuhan.

Mengapa Hati Menjadi Sesak?

"Karena itu, bertobatlah dan berbaliklah kepada Tuhan supaya dosamu dihapuskan, agar datang waktunya Tuhan memberikan kelegaan." (Kisah Para Rasul 3:19)

Hati menjadi sesak karena dosa memisahkan kita dari hadirat Tuhan. Dosa, yang mungkin awalnya kecil dan tampak sepele, perlahan-lahan membuat kita nyaman di dalamnya. Kita tidak lagi merasa bersalah. Kita tidak lagi bertanya, "Apakah ini berkenan di hadapan Tuhan?" tetapi hanya, "Apa yang saya mau?"

"Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2)

Mandi Dosa: Dari Kebiasaan Menjadi Gaya Hidup

"Mandi dosa" menggambarkan keadaan di mana dosa bukan lagi sekadar jatuh sesekali, melainkan menjadi gaya hidup. Kita bahkan merasa akrab dengannya, tidak lagi malu hidup dalam ketidaktaatan.

"Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa." (Yohanes 8:34)

Jika kita bersahabat dengan dosa, kita sedang memperbudak diri kita sendiri. Hanya Kristus yang bisa membebaskan kita.

Akar Masalah: Kehendak Diri vs Kehendak Tuhan

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)

Hidup Kristen sejati adalah menyerahkan kehendak diri di hadapan kehendak Tuhan. Bukan menuruti hawa nafsu dan keinginan pribadi, melainkan mencari perkenanan Allah dalam segala hal.

Fenomena Kekristenan Masa Kini

  • Rajin ibadah, tetapi lidah masih bercabang.
  • Aktif dalam pelayanan, tetapi di balik layar tetap mengata-ngatai.
  • Posting ayat, tetapi suka menyakiti lewat kata.
  • Korupsi "kecil", tetapi tetap bawa persepuluhan.
  • Mencuri waktu dan uang dianggap remeh, asal masih ‘setia’ memberi di gereja.
  • Hubungan tak kudus, tetapi berdoa bersama seolah Tuhan menyetujui segalanya.

Ini bukan sekadar kejatuhan, tetapi gaya hidup dosa yang dinormalisasi dan didekorasi agar tampak rohani.

Panggilan untuk Bertobat

Jika hati kita sudah tidak lagi tersentak saat berbuat dosa, jika hidup kita nyaman dalam kemunafikan, mungkin saatnya kita bertanya: "Apakah aku masih punya rasa takut akan Tuhan?"

Firman-Nya mengingatkan:

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)

Marilah kita kembali kepada Tuhan. Basuhlah hidup kita bukan dengan dosa, tetapi dengan kasih karunia-Nya. Bertemanlah bukan dengan dunia yang fana, melainkan dengan Roh Kudus yang menghidupkan. Dan hiduplah bukan lagi untuk dunia, melainkan untuk Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url