Rela Menjadi Apapun Asal Itu Dalam Perkenaan Tuhan
✍️ Ditulis oleh: Josmin Simanjuntak
Cinta Sejati kepada Tuhan: Melepas Dunia, Memeluk Perkenanan-Nya
“Cinta kepada Tuhan berarti tidak terikat dengan dunia, kondisi itu akan membuat kita rela menjadi apa pun asal itu dalam perkenanan Tuhan.”
Pernyataan ini menantang kekristenan yang dangkal di tengah dunia yang semakin materialistik. Banyak orang Kristen mengaku mencintai Tuhan, tetapi tetap terikat pada kenyamanan, status sosial, dan hal-hal duniawi. Cinta sejati kepada Tuhan bukan sekadar emosi, tetapi totalitas dan ketaatan yang radikal.
Dasar Alkitabiah Cinta kepada Tuhan
Yesus menegaskan dalam Matius 22:37: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, jiwamu, dan akal budimu.” Kasih ini bersifat total dan eksklusif. Rasul Yohanes menegaskan: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” (1 Yohanes 2:15)
Cinta kepada Tuhan menuntut pemutusan keterikatan terhadap dunia dan tidak diperhamba olehnya. Sebagaimana Yesus berkata: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24)
Rela Menjadi Apa Pun dalam Perkenanan Tuhan
Pernyataan “rela menjadi apa pun asal itu dalam perkenanan Tuhan” menunjukkan cinta yang matang—kehendak Allah lebih utama daripada ambisi pribadi. Contoh tokoh iman:
- Abraham: Meninggalkan negeri dan kenyamanan demi panggilan Tuhan (Kejadian 12).
- Musa: Menolak keagungan Mesir demi penderitaan umat Allah (Ibrani 11:24-26).
- Yesus: Rela taat sampai mati di salib demi rencana Bapa (Filipi 2:6-8).
Ketaatan ini lahir dari cinta, bukan paksaan, sehingga hati berkata: “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” (Lukas 22:42)
Kontras dengan Kekristenan Modern
Banyak orang Kristen lebih sibuk membangun citra diri, mengejar kenyamanan, dan mempertahankan status sosial, tetapi mengaku mencintai Tuhan. Kekristenan semacam ini tampak saleh, tetapi kosong di dalam. Ironi zaman ini:
- Mengaku taat, tetapi menolak penderitaan.
- Mengaku percaya, tetapi menolak perubahan.
- Mengaku cinta Tuhan, tetapi hidup untuk dunia.
Hidup dalam Perkenanan Tuhan
Hidup dalam perkenanan Tuhan berarti:
- Menyerahkan ambisi pribadi: Mengutamakan kehendak Allah di atas rencana sendiri.
- Menyelaraskan hidup dengan nilai Kerajaan Allah: Setiap keputusan, tindakan, dan prioritas mencerminkan kehendak Tuhan.
- Rela menjadi siapa pun: Menempati posisi apa pun asal memuliakan Allah.
Ini bukan jalan populer, tetapi jalan salib yang Yesus tawarkan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Kisah Nyata Cinta Sejati
Contoh misionaris yang meninggalkan kenyamanan hidup di kota besar untuk melayani masyarakat pedalaman, menghadapi risiko kesehatan, tantangan bahasa, dan kesepian. Atau dokter Kristen yang bekerja di daerah konflik demi memberkati orang lain. Motivasi mereka bukan keuntungan, tetapi perkenanan Tuhan.
Tokoh Alkitab Lainnya
- Daud: Menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup meski raja.
- Daniel: Setia dalam iman meski hidup di budaya asing.
- Paulus: Rela menghadapi penganiayaan demi Injil.
Dampak Dunia Terhadap Kekristenan Modern
- Media sosial dan budaya populer menuntut citra dan popularitas.
- Konsumerisme menanamkan ketergantungan pada kenyamanan material.
- Tekanan sosial membuat fokus lebih pada penerimaan manusia daripada kehendak Tuhan.
Menjadi Kristen yang Dewasa dan Taat
- Melepas keterikatan duniawi dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas.
- Mempraktikkan ketaatan harian dalam kata, perbuatan, dan pilihan hidup.
- Mengasihi sesama sebagai wujud cinta kepada Tuhan.
- Menghadapi tantangan dan penderitaan dengan iman yang teguh.
Refleksi dan Pertanyaan Renungan
- Apakah hati kita masih terikat pada kenyamanan duniawi?
- Apakah tindakan kita mencerminkan cinta sejati kepada Tuhan?
- Bagaimana menempatkan kehendak Tuhan di atas ambisi pribadi?
- Apakah kita siap menghadapi penderitaan demi ketaatan?
Kesimpulan
Cinta sejati kepada Tuhan bukan emosi sentimental atau slogan kosong. Cinta sejati:
- Bersifat radikal dan total, memutus keterikatan dengan dunia.
- Menghasilkan ketaatan tulus dan rela menjadi apa pun demi kehendak Allah.
- Memandu hidup untuk memuliakan Tuhan, bukan diri sendiri.
Jika hati kita masih terikat dunia, pengakuan cinta hanyalah ilusi. Marilah hidup dalam perkenanan Tuhan, menyerahkan hati dan seluruh hidup untuk memuliakan-Nya. Cinta kepada Tuhan menuntut keseriusan dan integritas hati.
SHALOM, TUHAN YESUS MEMBERKATI.