Sulit Berteman dengan Mantan? Ini Alasan Logis Menurut Psikolog dan Cara Menyikapinya

✍️ Ditulis oleh: Echi sevana

 Antara Berteman dan Menjaga Jarak

Setelah hubungan berakhir, banyak dari kita dihadapkan pada pertanyaan rumit: Apakah aku masih bisa berteman dengan mantan?
Sebagian orang menilai bahwa tetap berteman setelah putus adalah bentuk kedewasaan emosional. Mereka percaya bahwa dua orang yang pernah saling mencintai tidak harus menjadi musuh.

Namun kenyataan di lapangan sering kali jauh berbeda. Dalam banyak kasus, hubungan yang dulu penuh keintiman justru sulit diubah menjadi pertemanan biasa.
Ada perasaan canggung, rindu, atau bahkan luka yang belum sembuh. Dan ketika mencoba bersikap “biasa saja”, yang muncul justru kebingungan dan konflik batin.

Psikolog pun setuju bahwa pertemanan dengan mantan bukan sesuatu yang mudah, bahkan bisa berdampak buruk jika dilakukan tanpa kesiapan emosional.
Artikel ini akan membahas tiga alasan logis mengapa berteman dengan mantan begitu sulit serta bagaimana cara terbaik menyikapinya agar kita bisa benar-benar move on dengan sehat.

1. Ikatan Emosional yang Pernah Terbentuk Terlalu Kuat

Hubungan romantis tidak hanya menghubungkan dua orang secara fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis.
Ketika dua orang saling mencintai, otak melepaskan hormon seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin yang menciptakan rasa bahagia, nyaman, dan keterikatan.

Menurut Dr. Anna Hiatt Nicholaides, seorang psikolog klinis, hubungan cinta membangun “jejak emosional” yang sangat mirip dengan ikatan keluarga.
Ia menjelaskan,

“Ketika kita mencintai seseorang, otak mengasosiasikan orang itu dengan rasa aman dan kebahagiaan. Jadi, kehilangan hubungan itu terasa seperti kehilangan bagian dari diri kita sendiri.”

Inilah mengapa setelah putus, seseorang masih bisa merindukan mantannya meskipun hubungan sudah lama berakhir.
Bahkan, ketika mencoba berteman, hubungan itu sering kali terasa tidak seimbang. Salah satu pihak mungkin masih menyimpan rasa, sementara yang lain sudah benar-benar move on.

⚡ Mengapa Hal Ini Membuat Sulit Berteman?

  1. Perasaan lama mudah muncul kembali. Saat berbicara atau bertemu, kenangan masa lalu bisa menghidupkan kembali perasaan cinta yang belum sepenuhnya hilang.

  2. Otak masih “terkait” dengan mantan. Secara biologis, otak belum memutus asosiasi positif terhadap mantan, sehingga pertemanan terasa membingungkan.

  3. Sulit menetapkan batas emosional. Membedakan antara kasih sayang sebagai teman dan cinta romantis bisa sangat menantang.

💡 Solusi:

Sebelum mencoba berteman, berikan waktu untuk benar-benar memulihkan diri.
Coba jujur pada diri sendiri: apakah kamu benar-benar ingin menjadi teman, atau masih berharap hubungan itu bisa diperbaiki?

2. Luka yang Masih Belum Sembuh

Salah satu faktor paling kuat yang membuat sulit berteman dengan mantan adalah luka emosional yang belum sembuh sepenuhnya.
Meskipun hubungan sudah berakhir secara baik-baik, tidak berarti perasaan kecewa, sedih, dan kehilangan bisa hilang dalam waktu singkat.

Sebuah studi dari The Journal of Positive Psychology menemukan bahwa rata-rata seseorang membutuhkan waktu tiga hingga enam bulan untuk pulih dari putus cinta — dan bisa lebih lama jika hubungan tersebut sangat dalam.

Ketika kita masih terluka, upaya untuk berteman justru memperlambat proses penyembuhan.
Berinteraksi dengan mantan dapat memicu perasaan lama seperti rindu, cemburu, atau bahkan rasa bersalah. Akibatnya, luka yang seharusnya mulai sembuh justru terbuka kembali.

😔 Tanda Luka Belum Sembuh:

  • Kamu masih sering memikirkan mantan sebelum tidur.

  • Ada perasaan sakit saat melihat mantan bahagia dengan orang lain.

  • Kamu merasa gugup atau emosional saat berinteraksi dengannya.

  • Kamu belum bisa benar-benar menerima bahwa hubungan itu telah berakhir.

Menurut psikolog hubungan Dr. Lisa Firestone, “Kita tidak bisa berteman dengan seseorang yang masih kita cintai, karena hubungan itu tidak lagi seimbang.”
Selama masih ada sisa perasaan, “pertemanan” dengan mantan hanya akan menjadi bentuk penyangkalan terhadap kehilangan.

💡 Solusi:

Berikan dirimu waktu dan ruang untuk menyembuhkan luka dengan jujur.
Jangan terburu-buru menjadi teman jika hatimu belum siap.
Cobalah fokus pada hal-hal baru, seperti hobi, pekerjaan, atau teman-teman lain yang bisa membantumu kembali menemukan kebahagiaan pribadi.

3. Diam-Diam Masih Ingin Balikan

Alasan ketiga — dan mungkin yang paling sulit diakui — adalah karena kita masih menyimpan harapan untuk kembali bersama.
Secara logika mungkin kita tahu hubungan itu sudah selesai, tapi hati belum bisa benar-benar melepaskan.

Menurut Dr. Sanam Hafeez, seorang pakar neuropsikologi, bahkan hubungan yang berakhir tanpa drama pun membutuhkan waktu yang panjang untuk benar-benar sembuh.
Ia menjelaskan,

“Jika seseorang diam-diam masih berharap untuk balikan, maka pertemanan dengan mantan hanya akan menjadi bentuk penyiksaan emosional.”

Dalam kondisi ini, setiap interaksi akan terasa seperti ujian.
Kita menunggu pesan darinya, menafsirkan setiap kata, dan berharap bahwa perhatian kecil berarti sesuatu yang lebih.
Padahal, di sisi lain, mantan mungkin hanya berusaha bersikap baik tanpa niat romantis sama sekali.

Hasilnya?
Kita justru terjebak dalam lingkaran harapan palsu yang memperlambat proses move on.

⚡ Tanda Kamu Masih Ingin Balikan:

  • Kamu merasa cemburu jika dia dekat dengan orang lain.

  • Kamu masih menyimpan foto, chat, atau hadiah darinya dan sering melihatnya.

  • Kamu membenarkan semua tindakannya, meski dulu itu penyebab konflik.

  • Kamu mencari alasan untuk terus berkomunikasi.

💡 Solusi:

Bersikaplah jujur pada diri sendiri.
Kalau kamu masih memiliki harapan untuk kembali, sebaiknya hentikan komunikasi dulu.
Terkadang, cinta yang sehat justru dimulai dengan menerima bahwa perpisahan adalah bagian dari proses dewasa.

4. Tekanan Sosial dan Ekspektasi “Hubungan Dewasa”

Di era media sosial, banyak orang merasa dituntut untuk terlihat dewasa dan “baik-baik saja” setelah putus.
Ada ekspektasi sosial bahwa kita harus tetap berteman dengan mantan agar tidak dianggap gagal atau kekanak-kanakan.

Namun psikolog menyebutkan bahwa kedewasaan tidak diukur dari seberapa baik kita berteman dengan mantan, melainkan dari seberapa sehat kita menghadapi kehilangan.

Berteman karena tekanan sosial hanya akan menciptakan hubungan palsu yang penuh kepura-puraan.
Lebih baik menjaga jarak dengan tulus daripada berteman dengan terpaksa demi penampilan luar.

5. Faktor Waktu dan Kesiapan Emosional

Waktu memainkan peran besar dalam menentukan apakah hubungan dengan mantan bisa bertransformasi menjadi pertemanan sejati.
Sebagian orang baru bisa berteman setelah bertahun-tahun, sementara yang lain mungkin tidak pernah bisa sama sekali — dan itu normal.

Kuncinya adalah kesiapan emosional.
Jika kedua belah pihak sudah benar-benar melepaskan masa lalu, tidak ada lagi rasa dendam, dan masing-masing telah menjalani hidupnya sendiri, maka pertemanan bisa saja terjadi dengan alami.

Namun, jika salah satu pihak masih menyimpan perasaan, hubungan pertemanan hanya akan menciptakan konflik batin dan kebingungan.

6. Cara Menyikapi Hubungan Pasca Putus dengan Sehat

Berikut beberapa langkah realistis untuk menghadapi mantan tanpa menyakiti diri sendiri:

  1. Terima bahwa hubungan telah berakhir.
    Tidak ada hubungan yang berakhir tanpa alasan. Penerimaan adalah langkah pertama menuju penyembuhan.

  2. Batasi komunikasi sementara waktu.
    Jarak membantu menenangkan emosi dan memberi ruang untuk refleksi.

  3. Hapus pemicu emosional.
    Bersihkan foto, chat, atau barang yang terlalu membangkitkan kenangan.

  4. Alihkan fokus pada diri sendiri.
    Gunakan energi itu untuk membangun karier, minat baru, atau hubungan sosial yang sehat.

  5. Jangan tergesa-gesa berteman.
    Pertemanan yang tulus lahir dari hati yang sudah tenang, bukan dari rasa bersalah atau takut kehilangan.

  6. Bersyukur dan belajar.
    Lihat hubungan masa lalu sebagai pengalaman, bukan kegagalan. Setiap kisah mengajarkan sesuatu yang berharga.

Penutup: Tidak Berteman dengan Mantan Bukan Berarti Gagal

Sering kali, orang merasa bersalah karena memilih menjauh dari mantan. Padahal, menjaga jarak adalah bentuk cinta pada diri sendiri.
Tidak berteman bukan berarti kamu pendendam atau kekanak-kanakan — melainkan kamu cukup dewasa untuk tahu apa yang terbaik bagi kesehatan emosionalmu.

Setiap hubungan punya fase. Ada yang berakhir dengan pertemanan, ada yang hanya berakhir dengan kenangan.
Yang penting, kamu tidak kehilangan dirimu sendiri di dalam prosesnya.

Biarlah waktu dan jarak menyembuhkan apa yang perlu disembuhkan.
Karena kadang, melepaskan bukan tentang menyerah — tapi tentang memberi kesempatan untuk tumbuh, bagi diri sendiri maupun bagi mantan yang pernah kamu cintai.

📚 Rangkuman Poin Penting:

  • Ikatan emosional kuat membuat sulit berteman dengan mantan.

  • Luka emosional butuh waktu untuk sembuh sepenuhnya.

  • Keinginan untuk balikan sering jadi alasan tersembunyi.

  • Tidak semua orang harus berteman dengan mantan — dan itu baik-baik saja.

  • Jujurlah pada diri sendiri sebelum memutuskan untuk tetap berhubungan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url