Rela Menjadi Apapun Asal Itu Dalam Perkenaan Tuhan
"Cinta kepada Tuhan berarti tidak terikat dengan dunia, kondisi itu akan membuat kita rela menjadi apa pun asal itu dalam perkenanan Tuhan."
Di tengah dunia yang semakin materialistik, cinta kepada Tuhan sering hanya menjadi slogan kosong. Banyak orang mengaku mencintai Tuhan, namun tetap terikat kuat pada hal-hal duniawi. Pernyataan di atas menggugah nurani dan menantang kekristenan yang dangkal. Pernyataan itu bukan hanya kalimat indah, tetapi cermin dari teologi yang dalam dan hidup yang benar-benar berserah.
Tulisan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam makna cinta sejati kepada Tuhan menurut Alkitab, implikasi praktisnya dalam kehidupan orang percaya, dan kontrasnya dengan ikatan duniawi yang membelenggu banyak orang Kristen masa kini.
Dalam Matius 22:37, Yesus menegaskan bahwa hukum utama adalah: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."
Cinta semacam ini bersifat total dan eksklusif. Tidak ada ruang untuk kompromi atau pembagian kasih dengan dunia. Rasul Yohanes dengan tegas berkata: "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." (1 Yohanes 2:15)
Cinta kepada Tuhan menuntut pemutusan keterikatan terhadap dunia. Itu bukan sekadar tidak memiliki, tetapi tidak diperhamba oleh apa yang dimiliki. Itulah yang Yesus maksud saat berkata: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)
Pernyataan “rela menjadi apa pun asal itu dalam perkenanan Tuhan” bukanlah sikap fatalistik, tetapi wujud tertinggi dari cinta dan ketaatan. Ini adalah pengakuan bahwa kehendak Allah lebih utama daripada ambisi pribadi.
Tokoh-tokoh iman dalam Alkitab menunjukkan kerelaan ini:
- Abraham meninggalkan negeri dan kenyamanannya demi panggilan Tuhan (Kejadian 12).
- Musa menolak keagungan Mesir demi penderitaan bersama umat Allah (Ibrani 11:24-26).
- Yesus sendiri, dalam kemanusiaan-Nya, rela taat sampai mati di salib demi rencana Bapa (Filipi 2:6-8).
Ketaatan yang radikal ini lahir bukan dari paksaan, tetapi dari cinta. Cinta kepada Tuhan menghasilkan hati yang berkata: “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” (Lukas 22:42)
Sayangnya, realitas kekristenan modern justru memperlihatkan gejala kebalikan. Banyak yang lebih sibuk membangun citra diri, mengejar kenyamanan, dan mempertahankan status sosial—namun mengaku "mencintai Tuhan."
Kekristenan semacam ini adalah kekristenan kosmetik: tampak saleh di luar, tetapi kosong di dalam. Gereja dipenuhi orang yang mengaku Kristen, namun enggan melakukan kehendak-Nya.
Inilah ironi zaman ini:
Mengaku taat, tetapi menolak penderitaan,
Mengaku percaya, tetapi menolak perubahan,
Mengaku cinta Tuhan, tetapi hidup untuk dunia.
“Perkenanan Tuhan” adalah konsep yang sering diabaikan. Banyak yang mengejar berkat Tuhan, tetapi sedikit yang mencari perkenanan-Nya. Dalam Perjanjian Lama, perkenanan Tuhan (Ibr. ratson) adalah ekspresi dari kasih, penerimaan, dan kesukaan Allah atas umat-Nya (Mazmur 30:6; Amsal 8:35).
Hidup dalam perkenanan Tuhan berarti:
- Menyerahkan ambisi pribadi demi kehendak-Nya.
- Menyelaraskan seluruh hidup dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
- Rela menjadi siapa pun, menempati posisi apa pun, asalkan Allah dipermuliakan.
Ini bukan jalan populer, tetapi inilah jalan salib yang Yesus tawarkan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Cinta sejati kepada Tuhan bukanlah emosi sentimental, tetapi komitmen radikal yang membuat kita rela menjadi apa pun—asal itu berkenan kepada-Nya. Pernyataan ini menggarisbawahi inti kehidupan rohani yang dewasa: melepas dunia, memeluk salib, dan menempuh jalan kehendak Allah.
Hari ini, gereja dan umat percaya dipanggil untuk mengembalikan makna cinta kepada Tuhan pada tempatnya—sebagai pemberesan total atas hati dan hidup, bukan sekadar pengakuan lisan.
Jika cinta kepada Tuhan tidak memutus ikatan kita dengan dunia, maka itu bukan cinta, tetapi ilusi.
SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI