Ketaatan kepada Allah Bodoh di Mata Dunia
Ketaatan kepada Allah: Bodoh di Mata Dunia, Bijak di Mata Tuhan
Shalom, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Hari ini kita akan merenungkan sebuah tema yang mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang: Ketaatan kepada Allah itu bodoh di mata dunia, tetapi bijak di mata Tuhan.
Mengapa demikian? Karena ukuran dunia berbeda dengan ukuran Allah. Dunia mengukur dengan logika, keuntungan, kesenangan, kekayaan dan kepopuleran. Tetapi Allah menilai dari hati yang taat dan setia.
Alkitab berkata dalam 1 Korintus 1:18:
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Salib, lambang ketaatan Yesus sampai mati, dianggap bodoh oleh dunia. Tapi itulah hikmat Allah yang menyelamatkan.
Dunia Akan Menertawakan Ketaatan
Bayangkan ketika seorang pemuda yang taat Allah menolak ajakan teman-temannya merokok, mabuk, bahkan ikut bisnis kotor. Tapi dia menolak. Lalu apa yang dia dapat? Diejek, dicap sok suci, dianggap tidak gaul.
Atau seorang wanita yang memilih hidup kudus: menolak pacaran bebas, tidak ikut gosip, tidak mau menipu. Teman-temannya bilang, “Hidupmu kaku, nggak asyik!”
Tetapi firman Tuhan berkata dalam Yohanes 15:19:
“Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia… sebab itu dunia membenci kamu.”
Saudara, kalau dunia menertawakan kita, jangan takut! Itu justru tanda bahwa kita berjalan di jalan Tuhan.
Ilustrasi Alkitab:
-
Nuh taat membangun bahtera di atas bukit. Orang-orang mengejek dia gila. Tapi ketaatannya menyelamatkan keluarga dan membawa janji Allah digenapi.
-
Lot menolak ikut arus dosa di Sodom, meski dianggap aneh. Tapi ketaatannya membuat Allah menyelamatkannya.
Ketaatan Adalah Hikmat Sejati
Dunia menganggap orang cerdas itu yang punya banyak uang, banyak koneksi, dan bisa “main cantik” meski lewat cara kotor. Tapi Alkitab berkata lain.
Amsal 9:10:
“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.”
Artinya, orang yang benar-benar bijak bukan yang pintar curang, tapi yang takut dan taat kepada Allah.
Contoh:
-
Abraham diminta mempersembahkan Ishak, anak yang dia cintai. Secara logika, itu gila. Tapi Abraham taat, dan justru melalui ketaatannya Allah menyediakan jalan keluar. (Kejadian 22).
-
Yusuf menolak berzinah dengan istri Potifar. Dunia mungkin bilang, “Ini kesempatan emas!” Tapi Yusuf memilih taat. Akibatnya dia masuk penjara, tapi pada akhirnya dia dipakai Tuhan menjadi penguasa Mesir.
Ketaatan memang sering terlihat bodoh. Tapi dalam ketaatan ada kuasa dan hikmat Allah.
Upah Ketaatan adalah Kehidupan Kekal
Mungkin saudara bertanya: Kalau taat sering bikin kita ditertawakan, dirugikan, bahkan dikucilkan, apa untungnya?
Jawabannya: karena kita tidak hidup untuk dunia ini saja. Kita hidup untuk kekekalan.
Yesus berkata dalam Matius 16:26:
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
Dunia bisa menawarkan kita popularitas, harta, dan kesenangan instan. Tapi itu hanya sebentar.
Ketaatan kepada Allah menjanjikan mahkota kehidupan.
2 Timotius 4:7-8:
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran…”
Upah ketaatan bukan sekadar berkat jasmani, tetapi mahkota kekal yang tidak bisa dibeli dunia.
Aplikasi untuk kita
-
Jangan takut dicap bodoh. Kalau saudara taat dan dunia mengejek, ingat: lebih baik dicap bodoh oleh dunia daripada dibuang oleh Tuhan.
-
Berani berkata “tidak” pada dosa. Sekalipun semua orang melakukannya, jangan ikut-ikutan.
-
Pandang upah kekal. Hidup kita bukan sekadar 70-80 tahun di dunia ini. Kita sedang berlari menuju surga yang mulia.
Saudara-saudara, hari ini Tuhan mengingatkan kita:
Lebih baik kita dianggap bodoh oleh dunia, asalkan kita bijak di mata Tuhan.
1 Korintus 3:19 berkata:
“Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah.”
Jangan sampai kita mengejar pengakuan dunia, tapi kehilangan pengakuan Tuhan.
Mari kita renungkan: Apakah selama ini kita lebih takut diejek manusia daripada mengecewakan Tuhan? Apakah kita lebih memilih tepuk tangan dunia daripada persetujuan Allah?
Hari ini, mari kita bertobat. Mari kita berkata:
“Tuhan, aku mau hidup taat kepada-Mu. Meskipun dunia menganggapku bodoh, aku tahu Engkau menganggapku bijak.”
Mari kita tundukkan kepala dan berdoa:
“Tuhan Yesus, aku sadar sering kali aku takut dicap bodoh oleh dunia. Ampuni aku jika aku lebih mencari pengakuan manusia daripada pengakuan-Mu. Hari ini aku memilih untuk taat, apapun harganya. Pakai hidupku agar menjadi bijak di mata-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.”
SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA