HARI PENTAKOSTA: Menanti atau Menghidupi?
Setiap tahun, gereja-gereja di seluruh dunia memperingati Hari Pentakosta. Namun, perlu disadari bahwa Pentakosta bukanlah hari untuk menantikan pencurahan Roh Kudus, melainkan hari untuk mengingat bahwa Roh Kudus telah dicurahkan dan kini tinggal dalam diri setiap orang percaya. Ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan momentum untuk memperbarui komitmen hidup dalam pimpinan Roh.
“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat... Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.”
— Kisah Para Rasul 2:1-4
Hari itulah yang kita kenal sebagai kelahiran gereja. Roh Kudus bukan hanya menguatkan para murid, tetapi mengutus mereka ke dunia untuk bersaksi. Pencurahan ini sudah terjadi sekali untuk selama-lamanya, dan sejak itu, Roh Kudus terus bekerja dalam hidup orang percaya hingga kini.
Yesus tidak meninggalkan para murid sendirian. Ia menjanjikan Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan menyertai dan memimpin mereka dalam kebenaran.
“Tetapi Aku berkata benar kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu...” Yohanes 16:7.
“Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku...” Kisah Para Rasul 1:8.
Janji ini digenapi pada Pentakosta. Maka, gereja masa kini memperingati, bukan menantikan lagi. Pencurahan Roh Kudus telah tuntas. Sekarang tugas kita adalah menghidupi dan memelihara kehadiran-Nya dalam kehidupan kita.
Sering terjadi kesalahpahaman bahwa seseorang dianggap penuh Roh Kudus jika bisa berbahasa roh atau melakukan mujizat. Namun, Alkitab tidak menempatkan bahasa roh sebagai satu-satunya bukti kepenuhan Roh.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Galatia 5:22-23.
Buah Roh adalah bukti hidup yang dikuasai Roh Kudus. Karunia, seperti berbahasa roh, bernubuat, atau menyembuhkan, memang penting, tetapi diberikan sesuai kehendak Allah kepada masing-masing orang (1 Korintus 12:11). Tidak semua harus memiliki karunia yang sama.
“Adakah mereka semua berkata-kata dengan bahasa roh? Adakah mereka semua menafsirkan?” 1 Korintus 12:30.
Kepenuhan Roh Kudus bukanlah soal demonstrasi kuasa, tetapi transformasi karakter. Orang yang penuh Roh Kudus akan mencerminkan Kristus dalam tutur kata, sikap hati, dan perbuatannya setiap hari.
Hari Pentakosta seharusnya menjadi panggilan bagi gereja dan setiap individu percaya untuk:
- Merenungkan kembali kasih karunia Roh Kudus yang telah dicurahkan.
- Menyerahkan diri untuk dipimpin oleh Roh dalam seluruh aspek hidup.
- Tidak mengejar manifestasi lahiriah semata, melainkan mengizinkan Roh Kudus mengubah hati, pikiran, dan tindakan.
- Menjadi saksi Kristus yang nyata, bukan hanya dalam pelayanan gereja, tetapi di tengah dunia.
Roh Kudus telah datang. Hari Pentakosta adalah peringatan kasih Allah yang menuntun umat-Nya melalui kuasa ilahi yang tinggal di dalam mereka. Jangan lagi menanti-nanti pencurahan. Kini saatnya hidup dalam kepenuhan Roh dan menjadi pribadi yang terus menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan.
“Jangan kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.”
— Efesus 5:18
Selamat Hari Pentakosta. Mari hidup dalam kepenuhan Roh Kudus setiap hari.
SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI