Tipuan Halus Iblis: Bahaya Merasa Paling Benar dalam Kesombongan Rohani

✍️ Ditulis oleh: Josmin Simanjuntak

Jika Iblis Tidak Bisa Membuatmu Berbuat Jahat, Maka Dia Akan Membuatmu Merasa Paling Benar

Strategi Licik Sang Musuh

Ada satu kalimat tajam yang harus kita renungkan:
“Jika iblis tidak bisa membuatmu berbuat jahat, maka dia akan membuatmu merasa paling benar.”

Inilah strategi iblis yang paling licik. ia tahu tidak semua orang mudah dijatuhkan lewat dosa terang-terangan seperti mencuri, berzinah, mabuk, atau korupsi. Ada orang-orang yang tampak hidup baik, disiplin, rajin berdoa, bahkan aktif melayani. Tetapi di situlah justru medan perang rohani yang paling berbahaya: kesombongan rohani.
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8)
iblis tidak selalu datang dengan wajah jahat. Kadang ia datang dengan wajah “rohani”, seolah-olah membawa terang. Paulus memperingatkan:
“Sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang.” (2 Korintus 11:14)
Artinya, kalau iblis gagal membuat kita jatuh dalam dosa terang-terangan, ia akan memutar strategi: membuat kita merasa paling benar. Saat itulah ia berhasil menjebak kita tanpa kita sadar.

Kesombongan Rohani: Dosa yang Disamarkan

Kita sering menganggap dosa itu hanya yang “kasar”: berzinah, mabuk, narkoba, membunuh, mencuri. Ya, semua itu dosa. Tetapi jangan lupa: ada dosa yang lebih halus, lebih licik, lebih mematikan — kesombongan rohani.
Yesus sendiri sudah memperingatkan lewat kisah orang Farisi dan pemungut cukai:
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;  aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.  Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:10-14)
Lihat betapa mengerikannya! Orang yang rajin berpuasa, setia memberi persepuluhan, bahkan disiplin ibadah justru ditolak. Sementara pemungut cukai yang dianggap najis, hina, dan kotor — justru dibenarkan oleh Allah.
Mengapa? Karena kesombongan rohani menghapus semua kebaikan kita di hadapan Tuhan.

Mengapa Merasa Paling Benar Sangat Berbahaya?

Orang yang jatuh dalam dosa terang-terangan biasanya masih sadar. Pemabuk tahu dirinya mabuk. Pencuri tahu dirinya mencuri. Pezinah tahu dirinya berdosa. Ada pintu untuk bertobat.

Tetapi orang yang merasa paling benar?
Ia bahkan tidak merasa berdosa. Itulah jebakan iblis paling licik.

Merasa paling benar sama dengan menolak pertolongan Tuhan. Itu seperti orang sakit keras yang berkata: “Aku sehat kok, aku tidak butuh dokter.” Padahal penyakitnya sudah mematikan. Akibatnya? Mati perlahan-lahan tanpa sadar.

Tanda-Tanda Kita Sedang Terjebak

Mari kita jujur. Mungkin kita rajin ibadah, rajin doa, rajin baca Alkitab. Tapi jangan buru-buru merasa aman. Periksa hati kita:

Sulit Dikoreksi

Begitu ada orang menegur, kita langsung marah, defensif, dan mencari alasan.
“Janganlah menolak didikan TUHAN, hai anakku, dan janganlah bosan akan peringatannya.” (Amsal 3:11)

Suka Menghakimi

Bukannya mendoakan, kita lebih suka mencibir, menghina, dan menuding dosa orang lain.
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1)

Bangga dengan Ibadah

Kita menghitung berapa kali berdoa, berpuasa, melayani. Ibadah jadi angka statistik, bukan relasi dengan Tuhan.
“Orang ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Matius 15:8)

Merasa Cukup

Tidak lagi haus akan firman. Tidak lagi lapar akan kebenaran.
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” (Matius 5:6)

Meremehkan Orang Lain

Berkata: “Syukurlah aku tidak seperti dia.” Padahal firman jelas berkata:
“Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23)
Kalau satu saja tanda ini ada pada kita, hati-hatilah. Itu berarti iblis sedang tersenyum puas: ia sudah menjebak kita lewat kesombongan rohani.

Akibat Fatal: Hidup dalam Kepalsuan

Kesombongan rohani tidak hanya membuat kita jauh dari Tuhan, tetapi juga menghancurkan hidup kita secara halus:
  • Doa hanya formalitas. Kata-kata indah, tapi kosong.
  • Ibadah jadi pertunjukan. Fokus pada penampilan luar, bukan hati.
  • Firman jadi alat menghukum. Bukan lagi cermin untuk diri sendiri.
  • Hidup jadi topeng. Di luar tampak rohani, di dalam busuk.
“Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7) 
Dan yang paling mengerikan: ketika kita merasa paling benar, kita sebenarnya sedang mati secara rohani.

Contoh dalam Alkitab: Mereka yang karena Merasa Benar

Orang Farisi

Mereka ahli Taurat, hafal hukum, rajin ibadah. Tetapi Yesus menyebut mereka “kuburan yang dilabur putih” (Matius 23:27).

Jalan Keluar: Rendah Hati dan Pertobatan

Masih ada kabar baik: Tuhan selalu membuka pintu bagi yang mau bertobat. Jalan keluarnya hanya satu: rendah hati.
  • Akui kelemahan. Tanpa Tuhan kita bukan siapa-siapa.
  • Sadari anugerah. Semua kebaikan hanyalah pemberian Allah.
  • Terus lapar akan firman. Jangan pernah merasa cukup.
  • Belajar dikoreksi. Teguran adalah bukti kasih Allah.
“Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

Penutup: Tamparan Terakhir

Kita harus ingat ini baik-baik: iblis tidak selalu datang dengan tanduk dan wajah menyeramkan. Kadang ia datang dengan wajah kita sendiri — saat kita merasa paling benar.
“Sebab siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 14:11)
Mari kita berhenti merasa paling benar.
Mulailah mencari kebenaran sejati di dalam Kristus.
Karena hanya di hadapan salib, kita sadar: kita bukan siapa-siapa, hanya debu yang dikasihi Allah.

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url