Rentenir: Menolong Atau Menodong?

Semua orang Kristen tahu bahwa praktik rentenir bukanlah hal yang sesuai dengan ajaran kasih dan keadilan Allah. Namun anehnya, justru tidak sedikit dari umat percaya yang masih terlibat dalam praktik ini—baik sebagai pelaku maupun yang menoleransinya. Bahkan ada yang melakukannya sembari tetap aktif dalam kegiatan gereja.

Padahal, rentenir tidak hanya melanggar prinsip kasih, tetapi juga merupakan bentuk eksploitasi terhadap sesama yang sedang terjepit. Ia mungkin tampak seperti "penolong", tetapi pada dasarnya sedang "menodong" dalam nama keuntungan.

Asal Usul Istilah Rentenir. 

Istilah "rentenir" berasal dari bahasa Belanda rentenier, yang secara harfiah berarti "orang yang hidup dari bunga (uang)." Di Indonesia, kata ini dipakai untuk menyebut mereka yang memberi pinjaman dengan bunga sangat tinggi—seringkali tidak sesuai hukum, dan apalagi jauh dari belas kasihan.

Dalam praktik sosial, rentenir dikenal juga sebagai lintah darat—karena cara kerjanya yang mengisap habis ekonomi dan martabat orang kecil yang sedang kesusahan.

Praktik Rentenir dalam Pandangan Alkitab. 

Alkitab sangat jelas menolak praktik pemberian pinjaman yang menindas, terutama terhadap orang miskin. Imamat 25:35-37 "Apabila saudaramu jatuh miskin... janganlah engkau mengambil bunga atau riba daripadanya, tetapi takutlah akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu."

Tuhan menegaskan bahwa pinjaman kepada sesama bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk menopang mereka dalam kesulitan, Amsal 28:8.

Praktik rentenir bukan sekadar ekonomi, tetapi masalah hati dan moralitas. Ia bertentangan dengan panggilan kasih dan keadilan yang menjadi dasar hidup umat Allah.

Gereja Harus Bersikap Tegas! 
Gereja tidak boleh netral dalam hal ini. Diamnya gereja atas praktik rentenir bisa berarti pembiaran terhadap penindasan. 

Gereja harus:
- Bersuara lantang dan tegas melarang praktik rentenir, itu bukan sekadar masalah sosial—tetapi pelanggaran terhadap kasih Allah.

- Mendidik umat tentang keuangan yang sehat dan etis.Ajarkan bagaimana memberi pinjaman dengan kasih, bukan ambisi untung.

Di masa kini, rentenir tidak hanya berbentuk orang yang datang ke rumah. Banyak juga berbentuk aplikasi pinjaman online ilegal yang menjebak dengan bunga tinggi dan cara penagihan yang kejam.

Umat Kristen perlu sadar dan waspada: 
- Jangan menjadi bagian dari sistem yang menindas.
- Jangan memanfaatkan kesulitan orang lain untuk memperkaya diri.
- Gunakan uang sebagai alat untuk berbagi kasih, bukan alat menindas sesama.

Justru Ajaran Yesus: Memberi pinjaman tanpa mengharap balasan! Yesus menantang pemahaman duniawi kita tentang memberi pinjaman: “Pinjamkanlah dengan tidak mengharapkan balasan (Lukas 6:35).

Rentenir bukan penolong, tetapi penodong yang membungkus ketamakan dalam rupa bantuan. Alkitab secara tegas menolak praktik memeras orang miskin: “Orang yang mengambil bunga dan riba tidak akan hidup” (Yehezkiel 18:13). Dalam terang firman Tuhan, rentenir adalah wujud nyata dari penindasan berjubah belas kasihan, merampas dalam nama bantuan.

Tuhan memanggil umat-Nya untuk mengasihi, bukan memperdagangkan penderitaan. “Celakalah kamu yang menindas orang lemah!” (Amos 4:1). Maka rentenir bukan hanya pelaku dosa ekonomi, tetapi pengkhianat kasih Kristus. Ia berdiri di hadapan Allah bukan sebagai penolong, melainkan sebagai penuduh atas hidup yang diukur dengan bunga, bukan belas kasihan.

Namun, Kristus membuka tangan-Nya bagi setiap orang berdosa, termasuk rentenir yang mau bertobat. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju” (Yesaya 1:18). Tuhan tidak berkenan kepada kematian orang fasik, tetapi menghendaki pertobatan dan kehidupan (Yehezkiel 18:23).

Hari ini adalah waktu anugerah. Rentenir pun bisa berbalik, melepaskan jerat bunga, dan mulai menjadi saluran kasih. Salib Kristus cukup kuat untuk mengubah penodong menjadi penolong—jika ia sungguh bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Next Post Previous Post