Jangan paksa TUHAN untuk melakukan kehendakmu

✍️ Oleh: Josmin Simanjuntak

Admin di Jossimisi.com

Sebuah Kalimat yang Menampar Ego Kita

Ada satu kalimat yang menampar keras hati kita yang keras:

“Jangan paksa Tuhan untuk melakukan kehendakmu, tetapi paksalah dirimu dahulu untuk melakukan kehendak Tuhan.”

Kalimat ini sederhana, tapi menghancurkan keangkuhan tersembunyi dalam hati manusia. Tanpa sadar, banyak doa yang kita panjatkan bukan berasal dari hati yang berserah, tetapi dari hati yang ingin mengatur Tuhan. Kita ingin Tuhan tunduk pada rencana kita. Kita ingin Dia mengikuti waktu kita. Kita ingin segala sesuatu terjadi sesuai keinginan kita.

Padahal Tuhan bukan hamba kita. Dialah Raja atas segala raja. Ketika kita benar-benar memahami posisi kita sebagai ciptaan dan posisi-Nya sebagai Sang Pencipta, maka cara kita berdoa akan berubah secara radikal.

Kita Sering Berdoa dengan Agenda Pribadi

Bukan Menyerah, Tapi Menegosiasi

Pernahkah engkau datang kepada Tuhan bukan untuk menyerah, tapi untuk menegosiasi?

Kita berkata, “Tuhan, kalau Engkau sungguh baik, kabulkanlah ini.”

“Kalau Engkau mengasihi aku, maka buatlah rencanaku berhasil.”

Kalimat seperti itu terlihat rohani, tetapi sebenarnya tersembunyi keinginan daging di baliknya. Kita tidak mencari kehendak Tuhan, tetapi mengharapkan Tuhan ikut jadwal kita.

Yesus sendiri mengajarkan doa yang sangat berbeda:

“Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” — Matius 6:10

Doa ini bukan sekadar kalimat hafalan, tapi ekspresi hati yang tunduk penuh. Ketika kita mengucapkannya, kita sebenarnya sedang berkata: “Tuhan, aku berhenti memaksa kehendakku, aku memilih percaya pada kehendak-Mu.”

Teladan Yesus di Getsemani

Saat Yesus berada di Taman Getsemani, Ia bergumul hebat. Ia tahu penderitaan salib menantinya. Namun Ia berkata:

“Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu.” — Lukas 22:42

Jika Yesus, Anak Allah, saja tidak memaksa Bapa untuk mengubah rencana, mengapa kita — ciptaan-Nya — sering bersikeras agar Tuhan tunduk pada rencana kita?

Tuhan Bukan Alat Pemenuh Keinginan

Tuhan Bukan Jin dari Lampu Ajaib

Banyak orang kecewa pada Tuhan bukan karena Tuhan gagal, tetapi karena ekspektasi mereka salah. Mereka menganggap doa sebagai cara untuk memanipulasi Tuhan, seolah Tuhan hanyalah “jin rohani” yang keluar dari lampu ketika kita menyebut nama-Nya.

Padahal Tuhan adalah Raja. Dan tugas seorang hamba bukanlah mengatur Raja, melainkan tunduk pada titah-Nya.

Ketika doa menjadi alat untuk mengontrol Tuhan, maka kita sedang menjadikan diri kita pusat kehidupan, bukan Tuhan.

Doa Sejati Adalah Menundukkan Diri

Doa sejati bukan tentang mendapatkan semua yang kita mau, tetapi tentang menjadi pribadi yang Tuhan mau.

Doa sejati bukan tentang mengubah Tuhan, tetapi tentang Tuhan mengubah hati kita.

Seringkali, dalam doa yang sungguh-sungguh, kehendak pribadi kita mulai dikalahkan oleh kehendak Tuhan. Kita tidak lagi berkata, “Tuhan, ikuti aku,” tetapi mulai berkata, “Tuhan, tuntun aku.”

Kehendak Tuhan Tidak Sama dengan Keinginan Kita

Tuhan Melihat Lebih Jauh dari Kita

Kehendak Tuhan tidak selalu manis bagi perasaan kita. Kadang kehendak-Nya membawa kita melalui jalan yang terjal, lembah air mata, bahkan kesunyian. Tapi bukan karena Ia kejam — karena Ia tahu “ya”-Nya di waktu yang salah dapat menghancurkan kita.

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” — Yesaya 55:8

Tuhan melihat dari sudut pandang kekekalan, sedangkan kita hanya melihat masa kini. Kita sering memaksa jawaban instan, padahal Tuhan sedang menyiapkan jawaban kekal.

Jika Semua Keinginan Dikabulkan…

Bayangkan jika semua keinginanmu dikabulkan Tuhan.

Apakah hidupmu akan lebih dekat pada Tuhan?

Atau justru semakin jauh?

Banyak keinginan kita sebenarnya hanya keinginan daging: kenyamanan, kemudahan, kemakmuran tanpa salib. Padahal Yesus berkata:

“Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” — Lukas 9:23

Mengikut Yesus bukan berarti semua keinginan akan dipenuhi, tetapi berarti kita belajar menyerahkan keinginan itu untuk digantikan dengan rencana-Nya yang sempurna.

Paksalah Dirimu untuk Tunduk pada Kehendak Tuhan

Melawan Diri Sendiri

Lawan dari “memaksa Tuhan” adalah “memaksa diri sendiri”. Ini bukan soal menjadi keras kepala pada Tuhan, melainkan keras terhadap keinginan daging kita.

Kehendak Tuhan seringkali tidak nyaman. Ia bisa membawa kita ke padang gurun, ke ruang tunggu panjang, ke dalam proses yang melelahkan. Tapi semua itu bukan sia-sia — Tuhan sedang membentuk kita menjadi seperti Kristus.

“karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” — Ibrani 12:6

Yesus Pun Harus Taat

Yesus sendiri “memaksa diri”-Nya untuk taat sampai mati di kayu salib.

“Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” — Filipi 2:8

Taat Bukan Karena Mengerti, Tapi Karena Percaya

Ketaatan Tanpa Syarat

Banyak orang berkata, “Tuhan, saya mau taat kalau saya mengerti dulu.” Tapi ketaatan sejati tidak menunggu penjelasan. Ketaatan sejati lahir dari kepercayaan, bukan dari pemahaman.

Abraham pergi ke negeri yang tidak ia kenal karena percaya pada Tuhan, bukan karena peta sudah ada di tangannya. Nuh membangun bahtera ketika hujan pun belum turun. Maria menerima kabar kehamilan ilahi meski seluruh dunia bisa saja menolak dan mencemooh.

Mereka semua belajar tunduk pada kehendak Tuhan sebelum mereka mengerti.

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” — Amsal 3:5

Tanda Orang Dewasa Rohani

Dari Meminta Menjadi Menyerah

Anak kecil rohani selalu berkata: “Tuhan, beri aku ini.”

Tetapi orang yang dewasa rohani berkata: “Tuhan, ubahlah aku supaya aku layak menerima kehendak-Mu.”

Mereka tidak lagi sibuk meminta keadaan berubah, tetapi lebih sibuk meminta hatinya diubah.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah.” — Roma 12:2

Ketika kita mulai dewasa secara rohani, doa kita tidak lagi berpusat pada apa yang kita inginkan, tetapi pada siapa kita menjadi di hadapan Tuhan.

Kehendak Tuhan Adalah Jalan Terbaik

Bukan Selalu Cepat, Tapi Selalu Tepat

“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.” — Amsal 16:9

Kita sering terburu-buru, tetapi Tuhan tidak pernah terlambat. Ia selalu datang pada waktu yang tepat — waktu surgawi, bukan waktu duniawi.

Ketika kita akhirnya sampai di tempat yang Tuhan janjikan, kita akan sadar: “Kalau saja semua terjadi sesuai rencanaku, aku tidak akan sekuat ini. Tapi karena semua terjadi sesuai rencana Tuhan, aku bertumbuh dalam iman.”

Bukan Selalu Mudah, Tapi Selalu Benar

Kehendak Tuhan tidak selalu membuat nyaman, tapi selalu membawa kebaikan. Prosesnya mungkin pahit, tetapi hasilnya manis. Dalam setiap air mata, Tuhan sedang menulis kesaksian yang kelak akan menguatkan orang lain.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” — Roma 8:28

Belajar Berhenti Memaksa Tuhan

Serahkan, Bukan Paksakan

Ada perbedaan besar antara “berdoa dengan iman” dan “berdoa dengan paksaan”. Iman berkata: “Tuhan sanggup dan kehendak-Nya yang terbaik.” Paksaan berkata: “Tuhan harus lakukan ini, kalau tidak aku kecewa.”

Tuhan tidak butuh kita mengatur-Nya. Yang Ia rindukan adalah hati yang percaya dan tunduk sepenuhnya. Ketika kita belajar menyerahkan, damai sejahtera-Nya akan mengalir walau jawaban belum terlihat.

“Janganlah kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” — Filipi 4:6

Ilustrasi Kehidupan: Ketika Jawaban Tuhan adalah “Tidak”

Bayangkan seorang anak kecil yang meminta pisau tajam kepada ayahnya. Anak itu menganggap pisau itu indah — berkilau, menarik, dan ia ingin memilikinya. Tapi sang ayah berkata “tidak”.

Anak itu mungkin menangis, merasa kecewa, bahkan berpikir ayahnya tidak sayang. Padahal sang ayah berkata “tidak” bukan karena benci, tetapi karena ia tahu pisau itu akan melukai anaknya sendiri.

Begitulah Tuhan terhadap kita. Ketika Ia berkata “tidak” atau “belum”, bukan karena Ia tidak mengasihi, tetapi karena Ia tahu apa yang terbaik bagi kita.

Menjadi Orang yang Dipakai Tuhan

Orang yang Bisa Dipakai adalah Orang yang Tunduk

Tuhan tidak bisa memakai orang yang keras kepala terhadap kehendak-Nya. Tuhan mencari hati yang lembut — hati yang siap dibentuk, hati yang berkata: “Tuhan, bukan kehendakku, tapi kehendak-Mu.”

Musa harus belajar tunduk di padang belantara. Yusuf harus melewati lubang dan penjara sebelum menjadi pemimpin Mesir. Daud harus menunggu bertahun-tahun untuk menjadi raja.

Mereka semua belajar tunduk lebih dulu, baru kemudian dipakai.

Ketaatan Membuka Jalan Rencana Tuhan

Banyak rencana besar Tuhan tertunda bukan karena Tuhan tidak sanggup, tetapi karena hati kita belum siap tunduk. Ketika kita belajar menyerahkan kehendak kita, barulah pintu rencana Tuhan terbuka lebar.

Jadilah Orang yang Tunduk, Bukan yang Memaksa

Tuhan tidak akan tunduk pada kehendak manusia. Tapi manusia yang tunduk pada kehendak Tuhan akan melihat kemuliaan-Nya dinyatakan dalam hidupnya.

Ketika kita berhenti memaksa Tuhan, kita akan belajar menemukan damai di tengah ketidakpastian. Ketika kita belajar tunduk, kita akan melihat tangan Tuhan bekerja melampaui akal kita.

“Sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” — Yeremia 29:11

Biarlah mulai hari ini, doa kita bukan lagi:

“Tuhan, lakukan seperti yang aku mau.”

Tetapi berubah menjadi:

“Tuhan, jadilah kehendak-Mu. Bentuklah aku menjadi seperti yang Engkau mau.”

SHALOM TUHAN YESUS MEMEBERKATI KITA SEMUA
Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url