Kokok Ayam sebagai Alarm Rohani bagi Kita

✍️ Oleh: Josmin Simanjuntak

Admin di Jossimisi.com

Kokok Ayam: Alarm Rohani, Penyangkalan Petrus, dan Kuasa Roh Kudus

Suara kokok ayam di pagi hari biasanya hanya dianggap sebagai tanda fajar. Namun dalam Alkitab, suara ayam berkokok menjadi titik balik dalam hidup Petrus. Setelah ia menyangkal Yesus tiga kali, ayam pun berkokok, dan Petrus menangis dengan pahit. Sejak saat itu, hidup Petrus tidak lagi sama.

Kokok ayam adalah alarm rohani. Ia membangunkan Petrus dari tidur rohani, dari rasa takut, dan dari kejatuhan. Dan bagi kita hari ini, kokok ayam juga menjadi simbol panggilan Tuhan untuk bangun dari dosa, sadar, dan kembali kepada-Nya.

Janji yang Penuh Semangat

Sebelum peristiwa penyangkalan, Petrus dengan lantang menyatakan kesetiaannya:

“Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” (Matius 26:33).

Namun Yesus menatapnya dan berkata:

“Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya, malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Matius 26:34).

Petrus menolak kemungkinan itu. Ia bahkan bersumpah siap mati bersama Yesus:

“Sekalipun aku harus mati bersama-Mu, aku tak akan menyangkal Engkau!” (Matius 26:35).

Itu sumpah yang penuh semangat dan keberanian. Tetapi manusia seringkali lebih lemah daripada yang ia kira.

Bukankah kita juga sering sama seperti Petrus? Kita bernyanyi dengan suara lantang dalam ibadah: “Aku akan setia sampai mati, Yesus...” Kita berdoa penuh api: “Tuhan, aku tidak akan tinggalkan Engkau.” Kita mengangkat tangan tinggi-tinggi, seolah siap mengorbankan segalanya.

Namun, ketika tekanan datang, ketika ejekan menghampiri, ketika keluarga menolak, atau pekerjaan mengancam posisi, bukankah sering lidah kita berbalik menyangkal? Kita tak berani mengaku murid Kristus. Bahkan kadang kita memilih kompromi dengan dosa agar diterima, ikut pesta pora, mabuk-mabukan, supaya tidak dianggap terlalu rohani atau fanatik.

Penyangkalan yang Menyakitkan

Malam itu Yesus ditangkap. Petrus mengikuti dari jauh—ingin tahu nasib Gurunya, tetapi takut ikut terlibat.

  • Penyangkalan pertama: ditanya seorang hamba perempuan, Petrus berkata, “Aku tidak tahu apa yang engkau maksud.” (Matius 26:70).

  • Penyangkalan kedua: di depan banyak orang, ia bersumpah, “Aku tidak kenal orang itu!” (Matius 26:72).

  • Penyangkalan ketiga: ia bahkan mengutuk, “Aku tidak kenal orang itu!” (Matius 26:74).

Saat itu juga, ayam berkokok.

Tatapan Yesus yang Penuh Kasih

Injil Lukas mencatat momen yang sangat menggetarkan:

“Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus akan perkataan Tuhan kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.’” (Lukas 22:61).

Bayangkan suasana itu. Di tengah hiruk pikuk, ketika Petrus baru saja menyangkal dengan sumpah serapah, Yesus menatapnya. Bukan dengan marah, bukan dengan benci, melainkan dengan kasih.

Tatapan itu menembus hati Petrus. Ia sadar bahwa meski ia menyangkal, Yesus tetap mengasihi dia. Karena itu Petrus keluar dan menangis dengan pahit. Tangis itu bukan hanya rasa bersalah, tetapi juga rasa hancur oleh kasih yang ia khianati.

Alarm Rohani bagi Kita

Kokok ayam menjadi alarm rohani yang membangunkan Petrus. Demikian juga dalam hidup kita hari ini:

  • Kita menyangkal Tuhan karena tekanan lingkungan.

  • Kita menyangkal Tuhan karena himpitan ekonomi.

  • Kita menyangkal Tuhan karena tekanan keluarga.

  • Kita menyangkal Tuhan karena rasa takut ditolak dan tidak diterima.

  • Kita menyangkal Tuhan dengan kompromi dosa pesta pora.

Kadang kita ikut pesta, mabuk-mabukan, berkata kotor, hidup dalam gaya dunia—hanya karena takut disebut fanatik. Kita ingin diterima, akhirnya hanyut dalam arus dosa.

Firman Tuhan jelas berkata:

“Janganlah kamu sesat! Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33).
“Janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” (Efesus 5:18).

Jika kita memilih kompromi demi menyenangkan manusia, bukankah itu sama saja bentuk penyangkalan? Mungkin bukan dengan kata-kata, tetapi gaya hidup kita seolah berkata: “Aku tidak kenal Yesus itu.”

Menolak Kuasa Roh Kudus

Ada bentuk penyangkalan lain yang tidak kalah berbahaya: menolak kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus diberikan untuk menolong, menguatkan, dan mengingatkan kita akan kebenaran. Tetapi sering kita mengabaikan suara-Nya, menolak bimbingan-Nya, dan lebih memilih logika manusia atau bisikan dunia.

Saat kita menolak Roh Kudus, sama saja kita mematikan alarm rohani dalam hati. Seperti orang yang mematikan jam weker karena tidak mau bangun, demikianlah hati kita bisa tertidur dalam dosa.

Yesus berkata:

“Roh Kudus akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran.” (Yohanes 16:13).

Namun bila hati tertutup, kita bisa hidup dalam tipu daya dosa sambil merasa semuanya baik-baik saja.

Pemulihan Setelah Kebangkitan

Kisah Petrus tidak berhenti di tangisan. Setelah Yesus bangkit, Ia menampakkan diri di tepi Danau Galilea (Yohanes 21).

Yesus bertanya tiga kali:
“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”

Petrus menjawab, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”

Pertanyaan itu tiga kali diulang, sebanding dengan tiga kali penyangkalan. Dan setiap kali Petrus menjawab, Yesus meneguhkan panggilannya:

“Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Yesus tidak berhenti pada kegagalan Petrus. Ia memulihkannya, bahkan mempercayakan kembali pelayanan besar kepadanya.

Pelajaran untuk Kita

Kisah Petrus adalah cermin bagi kita:

  • Kita pernah gagal, tetapi Tuhan tidak menyerah.

  • Kita pernah menyangkal dengan perbuatan, tetapi tatapan kasih Yesus tetap mengejar.

  • Kita pernah kompromi dengan dunia, tetapi Yesus tetap bertanya: “Apakah engkau mengasihi Aku?”

  • Kita pernah menangis karena bersalah, tetapi Yesus bangkit bukan untuk menghukum, melainkan memulihkan.

Kokok ayam adalah alarm yang membangunkan kita dari dosa. Tatapan Yesus adalah undangan untuk kembali. Dan pertanyaan Yesus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” adalah panggilan untuk setia dan melayani Dia.

Penutup

Setiap kali mendengar ayam berkokok, mari kita ingat:

  • Jangan tertidur dalam dosa.

  • Jangan menyerah pada penyangkalan.

  • Jangan kompromi dengan pesta pora dan gaya hidup dunia.

  • Ingat tatapan kasih Yesus yang selalu menunggu kita.

Dan jawablah pertanyaan-Nya dengan hati sungguh:
“Ya Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”

Kokok ayam adalah pengingat bahwa ada kasih yang lebih besar daripada kegagalan kita. Kasih itu sanggup memulihkan dan menegakkan kita kembali untuk melayani-Nya dengan setia.

FAQ

1. Apa makna kokok ayam dalam kisah Petrus?

Kokok ayam menjadi tanda peringatan bagi Petrus setelah ia menyangkal Yesus. Itu menjadi simbol alarm rohani yang menyadarkan manusia akan kelemahannya dan perlunya pertobatan.

2. Mengapa Petrus menyangkal Yesus?

Petrus menyangkal Yesus karena tekanan, rasa takut ditolak, dan ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan kondisi manusia yang mudah kompromi saat berada dalam tekanan.

3. Apa arti tatapan Yesus kepada Petrus setelah ayam berkokok?

Tatapan Yesus bukanlah tatapan marah, melainkan penuh kasih yang memulihkan. Yesus ingin menunjukkan bahwa meski Petrus jatuh, Ia tetap mengasihi dan memberi kesempatan untuk bertobat.

4. Bagaimana Yesus memulihkan Petrus setelah kebangkitan-Nya?

Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan ini menyembuhkan luka penyangkalan Petrus dan memulihkan panggilannya sebagai gembala umat.

5. Bagaimana kita bisa menyangkal Yesus di masa sekarang?

Kita bisa menyangkal Yesus melalui kompromi dosa, pesta pora, mabuk-mabukan, menolak kuasa Roh Kudus, takut dianggap fanatik, atau memilih menyenangkan manusia daripada menyenangkan Tuhan.

6. Apa hubungannya menolak kuasa Roh Kudus dengan alarm rohani?

Roh Kudus adalah penolong yang mengingatkan kita akan kebenaran. Jika kita menolak-Nya, sama saja kita mematikan alarm rohani dalam hati sehingga mudah terjerat dosa.

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url